Ilmu komunikasi semakin berkembang pesat. Hal ini
ditandai dengan banyaknya jurusan jurnalistik di setiap universitas. Begitu
juga dengan jurusan jurnalistik di UIN SGD Bandung. Dari tahun ke tahun
mengalami gradasi. Peminat yang datang ke sana kian membludak.
Peningkatan atau gradasi mahasiswa ini cukup tinggi,
sekitar 30%. Pasalnya, di tahun 2012, jumlah mahasiswa yang masuk ke dalam
jurusan sekitar 135 orang, yang terbagi ke dalam empat kelas. Sedangkan, di
tahun 2013, jumlah mahasiswa jurusan jurnalistik sekitar 160 orang dan terbagi
ke dalam empat kelas pula. Pergeseran angka yang cukup jauh ini bukanlah
terjadi dengan sendirinya. Akan tetapi, ada faktor-faktor yang berperan di
dalamnya terkait dengan peningkatan jumlah tersebut.
Ada beberapa alasan yang memicu jumlah angka mahasiwa
jurnalistik di UIN SGD Bandung bertambah. Yang pertama, karena seiring dengan
berkembangnya dunia dan teknologi yang semakin canggih, dunia komunikasi banyak
diminati orang. Mereka mulai sadar, bahwa mereka tak bisa lepas dari teknologi
tersebut, terutama ponsel genggam. Sehingga, dengan keadaan ini, mereka
berkeinginan untuk menjelajah dunia yang berhubungan dengan alat komunikasi,
yaitu jurnalistik.
Yang
kedua, karena eksistensi jurusan jurnalistik UIN SGD Bandung semakin diketahui.
Masyarakat sekarang sudah melihat keberadaan jurnalistik di UIN SGD Bandung.
Yang ketiga, terpublikasinya oleh alumni-alumni atau mahasiswa-mahasiswa yang
kuliah di jurusan jurnalistik.
“Karena ilmu komunikasi semakin diminati seiring dengan
berkembangnya dunia komunikasi, masyarakat mengetahui eksistensi jurnalistik di
UIN SGD Bandung, dan terpublikasinya jurusan jurnalistik di kampus UIN oleh
alumni-alumni dan mahasiswa
jurnalistik”, ujar ketua Jurusan Enjang A. S saat di wawancarai di ruangnya
yang terletak di lantai 3 fakultas Dakwah dan Komunikasi, Bandung, Senin (26/5).
Akan tetapi, gradasi mahasiswa ini belum disesuaikan
dengan sarana dan prasarana yang tersedia. Terkait dengan fasilitas yang sudah
ada di jurusan jurnalistik, banyak mahasiswa yang mengeluh atas inefisiensi
fasilitas tersebut, karena hal itu mengganggu aktivitas belajar di kelas.
Faktor infrastruktur dan suprastruktur masih belum memadai, dan bahkan
mengalami penurunan. Seperti papan tulis, penghapus, dan proyektor.
Ketersediaan
faktor suprastruktur kurang mendapat perhatian penuh dari pihak fakultas. Papan
tulis yang sudah patah, penghapus yang hilang atau tidak ada, dan proyektor
yang buram atau rusak tidak segera diperbaiki. Sehingga hal ini menimbulkan
ketidaknyamanan, karena mengganggu proses belajar-mengajar di kelas.
Dari
tenaga pengajarnya, yaitu para dosen, terkadang telat masuk,text book, dan
kurang interaktif dengan mahasiswanya. Bahkan, sampai ada salah satu dosen yang
tidak pernah masuk hingga pertemuan kelima. Jika tiba pada jadwalnya, tak ada
konfirmasi dari dosen yang bersangkutan. Akibatnya, mahasiswa ketinggalan
pelajaran dibandingkan dengan kelas-kelas lain yang sudah lebih dulu mendapat
materi.
“Saat dosen masuk, mau nyalain Proyektor malah rusak, mau nulis papan tulisnya rusak, kan jadi terganggu belajarnya.
Mengenai dosen, kadang juga telat, bahkan pernah ada yang baru masuk di
pertemuan keenam, rugi kan jadinya”,
kata salah seorang mahasiswa jurnalistik semester 6, Evi Nurafiyati.
Upaya Perbaikan
Adanya keluhan dari para mahasiswa menjadi wacana bagi
pihak fakultas sendiri. Itu artinya, pihak fakultas harus segera memperbaiki
dan memperbaharui sarana infrastruktur dan suprasturuktur di jurusan
jurnalistik. Faktor suprastruktur harus lebih dulu diperhatikan.
Seperti
yang diungkapkan oleh dosen mata kuliah Depth Reporting Enjang Muhaimin, “Dosen
di jurusan jurnalistik harus tepat waktu dan mengubah metode belajarnya,
seperti meriset latar belakang pendidikan mahasiswa. Hal ini guna mengetahui
apakah mahasiswa tersebut memilih jurusan jurnalistik merupakan pilihan kedua
atau pertama. Jika itu pilihan pertama, maka dosen akan mudah dalam memberikan
motivasi untuk serius mendalami ilmu kejurnalistikannya.
Lalu,
materi yang disampaikan harus lebih banyak bersifat teknis atau praktek, guna
lebih mudah dipahami oleh mahasiswa. Dalam menyampaikan materi perkuliahannya,
seorang dosen harus menggabungkan buku-buku yang dibaca dengan pengalaman yang
diperoleh yang dikemas dalam bentuk diagram atau bagan. Kegunaannya, yaitu agar
mahasiswa tidak bosan karena merasa penyampaian materi oleh dosennya monoton.
Bentuk diagram atau bagan ini merupakan hasil dari proses penggalian buku yang
berguna untuk meningkatkan pemahaman dosen. Aktivitas Tanya Jawab juga wajib
dilakukan oleh para dosen. Kegiatan interaktif ini akan membuka wawasan luas,
juga supaya timbul rasa kepemilikannya (sense of belonging).
Terakhir
adalah proses evaluasi,
melalui nilai atau aktivitasnya. Jika mahasiswa tersebut mendapat nilai bagus,
maka ia memahami dengan materi yang disampaikan oleh dosennya. Jikalau tidak,
itu karena faktor mahasiswanya yang malas, meskipun dosen sudah berusaha
menyampaikan materinya sebaik mungkin.”
Sedangkan, untuk faktor infrastruktur, pihak fakultas
akan mengontrol sarana prasana yang ada di kelas-kelas jurnalistik. Jika ada
yang mulai rusak, maka akan segera diganti dengan yang baru. Hal ini berguna
untuk menciptakan keefektifan proses kegiatan belajar-mengajar di kelas.
0 comments:
Post a Comment