Law of Attraction menyatakan, apa yang kita pikirkan secara
terus-menerus dan kita yakini, maka suatu saat akan menjadi kenyataan (dream comes true). Hukum itulah yang
terjadi pada seorang pengusaha muda asal Cijerah, Bandung, Shopy Nurul Hidayah.
Berkat kemampuannya mengaplikasikan hukum tersebut, ia mampu mewujudkannya.
Buah keberhasilan dapat dipetik dari bisnis gelang kulit yang diberi nama
Osmije.
Predikat gelar
pengusaha muda pantas diberikan pada gadis kelahiran Bandung, 19 November 1994
ini. Seperti yang ditemui beberapa hari lalu, sejak kelas dua SMA, ia memulai
bisnis gelang yang berbahan material leather
atau kulit. Meski bukan pelopor pertama, tetapi ia bisa dikatakan berhasil
mengembangkan bisnis gelang kulit tersebut. Awalnya, ia melihat sebuah gelang
kulit yang terpajang di toko orang lain.
Lalu, timbul keinginan dari dalam
dirinya untuk mencoba membuat dengan harga yang bisa masuk ke semua golongan
dan berkualitas bagus. Ia pun terus berpikir dan berpikir serta meyakini dalam
hati bahwa ia pasti bisa meciptakan sebuah inovasi baru yang bisa diterima
orang lain di era sekarang. Lalu, terciptalah satu produk gelang berbahan kulit
berl\merk Osmije.
“Sebenarnya saya
bukan pelopor pertama dalam bisnis ini. Saya hanya melihat dan tiba-tiba muncul
keinginan untuk berbisnis hal yang serupa. Lalu, saya pun memulainya dengan
konsep yang benar-benar beda dari kebanyakan orang”, ujarnya.
Tanpa mengajak
seseorang untuk bergabung dengannya, Shopi pun memulainya. Ia membuat konsep
baru dan melakukan banyak hal. Kesulitan ia hadapi karena tidak adanya
kendaraan pribadi yang bisa ia gunakan. Kemudian, ia mengajak seorang teman
dari keluarga berada untuk menjadi media dirinya, padahal temannya bukan
seorang jiwa pebisnis. Teman Shopy mempunyai kendaraan pribadi, sehingga ia
meminta temannya untuk mengantarkan dia kemana-mana. Dan, dia bersyukur atas
hal ini, karena Allah telah memberikan seorang teman yang peduli terhadap
dirinya.
Shopy juga
mempunyai filosofi terkait Osmije yang
dipakai sebagai nama merek atau brand gelang kulitnya. Nama osmije
sendiri, berasal dari kata georgeus,
yang berarti senyuman. Apapun yang kita lakukan, maka kita harus tersenyum.
Bagi dirinya, dengan tersenyum, semua yang dilakukan akan terlihat lebih mudah
dan tanpa ada hambatan.
Alasan ia
memakai bahan material kulit karena kulit merupakan bahan yang abadi. Kulit adalah bahan yang bagus dan
awet. Biasanya, warna kulit berubah, misalnya dari cokelat muda berubah menjadi
cokelat tua. Perubahan warna tersebut justru menjadi salah satu faktor bahwa
semakin lama, bahan kulit semakin awet dan bagus.
Selanjutnya,
teknik pemasaran yang ia lakukan dimulai dengan menjadi pedagang kaki lima di
Dago setiap hari Minggu dan event-event kecil.
Saat itu, penjualannya masih terbatas karena belum maraknya media sosial
seperti sekarang. Berbeda dengan era dahulu, Shopy sudah menggunakan media
sosial untuk memperlebar pemasarannya. Twitter,
Instagram, Facebook, dan yang lainnya menjadi faktor penting kedua dalam
bisnisnya.
Ayah adalah sumber motivasi
Bagi kebanyakan
orang, faktor utama penyokong keberhasilan mereka adalah dukungan dari
keluarga. Begitu juga dengan anak ketujuh dari tujuh bersaudara ini. Baginya,
Pak H. Dedi Taryadi adalah sosok penting yang menjadi inspirasi dan motivasi
untuk berkreasi dalam bisnis ini. Meski hanya seorang lulusan STM, menurut
Shopy, ayahnya adalah orang yang sukses dalam menjalankan bisnis meubel sejak
lama. Pengalamannya dalam meniti bisnis meubel bisa dikatakan maju, sehingga
omzet yang diraih dalam sebulan pun mencapai puluhan juta rupiah.
Ibunya yang
bernama Hj. Cucu Jubaedah adalah seorang ibu rumah tangga. Kasih sayang yang
diberikan ibunya kepada Shopy sangat besar. Beliau juga merupakan sosok ibu
yang pengertian, begitu juga dengan ayahnya. Orangtua Shopy tidak pernah
menuntut anaknya untuk menjadi seperti yang mereka inginkan, selain perintah
menimba ilmu.
Saat akan
memulai bisnisnya, hanya doa restu yang Shopy minta dari kedua orangtuanya.
Setelah mengetahui bahwa Shopy berbisnis gelang kulit, orangtua Shopy sangat
bangga dan terharu. Terlebih lagi saat diketahui bahwa ada mobil Bandung tv
yang datang ke rumah untuk menjemput Shopy. Mereka tidak pernah menyangka bahwa
Shopy akan melakukan hal seperti ini. Sepengetahuan mereka, Shopy tidak
memiliki jiwa pebisnis.
Memang bisnis
Shopy tidak berasal dari tuntutan kedua orangtuanya. Tetapi, tuntutan dari
faktor eksternal-lah yang membuat dia harus berpikir keras untuk menjadi orang
sukses. Saat masa sekolah, dia bertindak layaknya orang-orang biasa, seperti
naik angkot dan memakai hp biasa. Tak disangka, salah satu temannya berkata
bahwa hp yang saat ini ia pegang tidak pantas untuk digunakan di zaman
sekarang. Dari situlah, ia berpikir bagaimana supaya memiliki sesuatu yang dia
inginkan tanpa harus meminta dari orangtua.
Bisnis yang
dijalankan oleh orangtuanya tidaklah seluas seperti yang digeluti Shopy.
Perbedaan tersebut terlihat dari jenis produk yang dihasilkan, omzet, dan
segmentasinya. Meski orangtuanya mengaku bahagia, tetapi sesungguhnya Shopy
masih memiliki banyak kekurangan. Ia takkan pernah bisa membalas kebaikan
orangtuanya dan selamanya tetap akan menjadi pembelajar sejati.
Menolong orang adalah bisnis
Sebenarnya,
sejak SD Shopy sudah menyukai bisnis. Dia sudah pernah menjual hal-hal yang
kecil kepada teman-temannya. maka, dia pun membuat kesimpulan, bahwa bisnis
adalah jiwanya dan segala sesuatu bisa dijadikan sebagai hal yang bersifat
komersil.
Bisnis yang ia
jalani sekarang diawali tanpa perencanaan terlebih dahulu. Dengan tekad bulat,
niat kepada Allah, dan uang sebesar Rp 500.000,- yang berasal dari tabungannya,
ia mampu menciptakan inovasi baru. Dan baginya, bisnis ini adalah cita-cita
Shopy, karena dilahirkan dan digunakan oleh dia, tanpa ada faktor lain. Hati
dan jantung miliknya adalah tak lain kecuali untuk dirinya sendiri.
Sementara itu,
saat SMP, dia hanya berperan sebagai seorang siswa yang mengejar nilai
setinggi-tingginya, tidak ada bisnis satupun yang dilakukan olehnya. Saat
menginjak kelas dua SMA, dia mulai berpikir. Dalam hidup, nilai bukanlah yang
terpenting, melainkan ilmu-lah yang terpenting jika kita terjun ke dunia
masyarakat. Lalu, ia pun berbaur mencari pengalaman di luar sekolah.
Setelah meniti
bisnis Osmije ini, banyak hal baru yang dirasakan oleh Shopy. Meski omzet yang
didapat tidak sebesar yang dihasilkan orangtua, hanya sekitar Rp 15juta
perbulan, sedangkan orantuanya mencapai 4 kali lipat dari hasilnya, tetapi ia
senang. Dia bisa mencari, merekrut, dan menolong para pengangguran untuk
memiliki pekerjaan. Seperti saat ini yang sudah mempekerjakan empat orang. Karena
bagi dirinya, bisnis menjadi berkah ketika dia bisa menolong dengan menyediakan
lapangan pekerjaan bagi para pengangguran.
Shopy juga
mendapatkan manfaat yang lain. Ketika kita mencari rezeki, maka kita pun harus
membagi rezeki kepada orang-orang yang pantas kita beri. Bagi Shopy, hidup itu
gampang. Kita tidak harus belajar kondusif, karena jika seseorang pandai
berhitung, mengalami kerugian dalam bisnisnya, itu adalah hal biasa. Yang
paling sulit adalah kebiasaan berbagi dengan orang-orang yang belum sepenuhnya
kita miliki.
Kemudahan dan
kesulitan tentu akan dimiliki oleh setiap pelaku bisnis. Kemudahan yang didapat
Shopy dari bisnis ini adalah ketika Allah memberikan celah untuk membantu
orang-orang. sedangkan, kesulitan yang dia hadapi adalah ketika pesanan
berkurang, sehingga dia harus mencari pembeli baru, meningkatkan kualitas
produknya, dan lebih memperluas teknik pemasarannya.
Tak diduga,
sifat sombong dan acuh menurut salah satu teman Shopy, yaitu Nevi, tidaklah
sepadan dengan apa yang dia lakukan sekarang. Di sela-sela bisnisnya, Shopy yang
sekarang kuliah di Unpas ternyata menyukai kegiatan-kegiatan sosial. Ia senang
melakukan observasi dan berbagi ilmu bersama anak-anak jalanan.
Di samping itu,
ia membuat satu pernyataan untuk para generasi muda. Janganlah takut untuk
terjun ke dunia bisnis. Jika kita memiliki niat, maka kita harus menunjangnya
dengan aksi (action). Ketika kita mendapat sebuah teori, maka kita
harus merealisasikannya dalam kehidupan. Apapun profesi yang kita miliki,
sisakan sedikit jiwa kewirausahaan dalam hati kita.
0 comments:
Post a Comment